Kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia
Masuknya agama Islam ke Indonesia
sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi sangat mudah diterima oleh
masyarakat.Agama Islam memberikan pengaruh yang cukup luas dalam berbagai
bidang kehidupan.Salah satunya ialah memunculkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam.Bentuk kerajaan ini merupakan perubahan dari kerajaan bercorak
Hindu-Buddha dalam konsep kekuasaan, birokrasi, maupun hukum.Berikut adalah
kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia.Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di pesisir timur Aceh atau daerah utara Pulau Sumatera.Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada hari Selasa, 1 Muharram tahun 225 H (840 M).Awalnya, kerajaan ini dikuasai oleh keturunan dari Maharaja Pho Hela Syahir Wuwiatan Meurah Perlak Syahir Wuwi yang merupakan Raja Siam dan mereka menganut agama Buddha.Perubahan dari kerajaan Buddha menjadi bercorak Islam dimulai pada tahun 173 H (800 M) ketika sebuah kapal dagang saudagar Islam Teluk Kambey (Gurajat) merapat di Bandar Perlak.Rombongan ini dipimpin oleh nakhoda Khalifah.
Sejak peristiwa itu, terjadilah hubungan dagang antara mereka.Namun, selain aktivitas itu, pedagang juga melakukan aktivitas dakwah dan perkawinan dengan penduduk asli.Dalam jangka waktu 40 tahun, sebagian besar masyarakat kerajaan ini telah memeluk agama Islam.Pada tahun 840 M, kerajaan ini diproklamasikan menjadi Kerajaan Islam.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai terletak di daerah timur Pulau Sumatera, tepatnya di sekitar Lhokseumawe, sekarang menjadi Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada sekitar abad ke-13 M. Pendirian kerajaan ini merupakan hasil dari proses Islamisasi di daerah sekitar pantai Sumatera oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan India mulai abad ke-7 M. Selain proses Islamisasi, faktor pendukung lainnya adalah kemunduran Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka terletak di daerah Semenanjung Malaya.Kerajaan ini didirikan pada akhir abad ke-13, yaitu sekitar tahun 1400 M, oleh Pramisora atau Parameswara.Beliau adalah seorang pangeran dari Palembang yang melarikan diri ke Malaka. Hal tersebut diakibatkan adanya serangan dari Majapahit pada tahun 1337 M. Di semenanjung Malaka, ia kemudian membangun sebuah perkampungan yang diberi nama Malaka. Letak Malaka sangat strategis, yaitu berada di tepi perairan Selatan Malaka, sehingga segera berkembang menjadi sebuah kota pelabuhan dan pusat perdagangan yang penting. Melihat hal tersebut, maka beliau berinisiatif mendirikan Kerajaan Malaka dan sekaligus menjadi raja pertama.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa.Kerajaan ini didirikan pada tahun 1500 M oleh Raden Patah. Ibu kota kerajaan ini di daerah Bintoro, muara Sungai Demak, yaitu antara pelabuhan Beryota dan Jepara. Berdirinya kerajaan ini diakibatkan oleh kemunduran Kerajaan Majapahit dan pesatnya perkembangan agama Islam. Daerah Kerajaan ini sebelumnya bernama Bintoro yang merupakan daerah Majapahit dan dikuasai oleh putra raja Majapahit yaitu Brawijaya V, dengan permaisuri seorang perempuan muslim Campa. Kemunduran Majapahit menyebabkan Raden Patah diangkat menjadi Raja Demak (Bintoro) oleh para wali.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam terletak di daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kotagede, Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1575 oleh Sutawijaya atau Panembahan Senapati.Kerajaan ini pada awalnya sebuah daerah otonom di bawah Kerajaan Demak (Pajang).Daerah tersebut diberikan Joko Tingkir (penguasa Demak/Pajang) kepada Ki Gede Pamanahan Ayah Sutawijaya.Pada perkembangan selanjutnya, wilayah ini berkembang menjadi kerajaan bercorak Islam yang cukup kuat.
Kerajaan Banten
Kerajaan Banten adalah kerajaan Islam terbesar di wilayah Banten (sekarang Provinsi Banten).Kerajaan ini berdiri pada tahun 1552.Pada awalnya, wilayah kerajaan ini merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran.Kemunculan kerajaan tidak terlepas dari pengaruh Kerajaan Demak.Perkembangan Kerajaan Demak mendatangkan ancaman kepada Kerajaan Pajajaran.Untuk menangkal ancaman tersebut, Kerajaan Pajajaran menjalin hubungan dengan Portugis.Sayangnya, usaha tersebut sia-sia karena pada awal abad ke-16 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh Demak di bawah pimpinan Fatahillah.
Berdirinya Kerajaan Banten dimulai ketika wilayah ini dijadikan hadiah oleh Sultan Trenggono (Demak) kepada putra Fatahillah, yaitu Hasanuddin.Pada perkembangan selanjutnya, seiring semakin melemahnya posisi Kerajaan Demak, maka Banten berkembang menjadi sebuah kerajaan tersendiri.
Kerajaan Ternate dan Tidore
Tingginya permintaan pasar dunia untuk mendapatkan rempah-rempah membuat persaingan Kerajaan Ternate dan Tidore semakin meningkat. Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah dengan membangun persekutuan dengan kerajaan lain. Kerajaan Ternate membentuk persekutuan Uli Lima (persekutuan lima) dengan kerajaan Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Adapun Kerajaan Tidore membentuk persekutuan Uli Siwa (persekutuan sembilan) dengan kerajaan Makyan, Jailolo, Soa-siu, dan kerajaan lainnya di Kepulauan Halmahera hingga Papua.
Persaingan kedua kerajaan semakin sengit ketika bangsa asing masuk ke Indonesia.Hal itu terbukti ketika Portugis datang pada tahun 1512, Kerajaan Ternate langsung bersekutu dengan mereka.Begitu pun ketika Spanyol masuk ke Maluku sekitar tahun 1521, Kerajaan Tidore langsung bersekutu.Kerajaan Ternate bahkan memberi izin kepada Portugis untuk membangun Benteng Sao Paulo.Akibatnya timbul persaingan baru antara Portugis dengan Spanyol. Konflik ini dapat diselesaikan ketika Paus di Roma turun tangan dan memaksa mereka menandatangani surat Perjanjian Saragosa yang mengaharuskan Spanyol angkat kaki dari Maluku.
Tumbuh dan berkembangnya agama
dan budaya Islam di Indonesia
Sejak abad ke-7 M aktivitas
perdagangan bangsa Arab telah masuk kawasan Asia Tenggara dan negeri Cina,
sehingga diperkirakan agama Islam telah dikenal pula di Indonesia.
Namun demikian, baru pada abad ke-13 M terbentuk kerajaan-kerajaan Islam.Peran kaum pedagang membawa agama dan kebudayaan Islam di daerah pelabuhan atau pesisir pantai telah ikut mempercepat berkembangnya Islam di Indonesia.
Namun demikian, baru pada abad ke-13 M terbentuk kerajaan-kerajaan Islam.Peran kaum pedagang membawa agama dan kebudayaan Islam di daerah pelabuhan atau pesisir pantai telah ikut mempercepat berkembangnya Islam di Indonesia.
Adapun bukti peninggalan sejarah masuknya agama Islam di Indonesia antara lain :
1. Berita Cina
Seorang penulis dari laksamana Cheng-Ho yang bernama Ma-Huan menceritakan bahwa pada tahu 1400 M telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pulau Jawa.
2. Berita Eropa
Marcopolo (Italia) dalam perjalannya dari Cina menuju Persia singgah di Peureula (Aceh) tahun 1292 mengatakan banyak pedagang India menyebarkan agama Islam di daerah tersebut dan sudah banyak masyarakatnya yang memeluk Islam.Selain itu juga ada karyaTome Pires dengan judul “Suma Oriental”.
3. Berita Arab
Para pedagang Arab telah banyak yang datang ke Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 M. mereka memberikan sebutan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan zabag atau Sribuza.
4. Berita India
Makam Malik Al Saleh raja Samudera Pasai yang wafat 1292 M, batu nisannya terbuat dari batu bekas bangunan kuil Hindu di Gujarat.
5. Berita Persia
Makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 1082 M. Nama Leran merupakan nama suku yang ada di Persia.
- Berita Mesir Raja Samudera Pasai memakai gelar Al Malik
seperti yang dipakai raja-raja Mesir. Dengan jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis 1511 M, maka memicu penyebaran Islam ke daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Hal ini disebabkan Portugis memberlakukan bea masuk yang tinggi
bagi pedagang-pedagang Islam di Selat Malaka, sehingga pedagang Islam
berpindah ke berbagai daerah di Indonesia sambil menyebarkan ajaran
agamanya. Hal ini kemudian berdampak pada munculnya kerajaan-kerajaan
Islam di pesisir. Kerajaan Islam itu sebagian besar memiliki bandar
perdagangan dan pelabuhan penting untuk kegiatan perdagangan. Pengaruh
Islam juga akan nampak pada sistem pemerintahan kerajaan dengan Sultan
sebagai pemimpinnya. Konsep Islam yang memandang manusia sama derajatnya,
tidak dibedakan dalam kasta-kasta juga menjadi salah faktor Islam
berkembang pesat di Indonesia. Setelah agama dan budaya Islam masuk di
Indonesia, terjadi akulturasi dengan budaya Indonesia yang nampak pada
seni bangunan,aksara atau seni rupa dan budaya.
Bukti-bukti Kehidupan dan hasil-hasil budaya pengaruh
Islam
1.
Timbulnya
Kebudayaan Kejawen
Kebudayaan kejawen merupakan akulturasi antara kebudayaan asli Jawa dengan kebudayaan Islam. Misalnya upacara Grebeg biasanya ditandai dengan adanya Gunungan yang dibuat dari berbagai makanan maupun hasil bumi. Pada zaman Islam, upacara Grebeg dirubah sedemukian rupa sehingga dilakukan pada hari-hari besar Islam dan menggunakan doa-doa Islam, misalnya Grebeg Poso, Grebeg Syawal, dan Grebeg Maulud.
2.
Perhitungan
Kalender Jawa
Sebelum tahun 1633 Masehi, Mataram menggunakan Kalender Saka yang didasarkan
pada peredaran matahari (tarikh syamsiah) yang merupakan perpaduan
perhitungan kalender Jawa dengan kalender Hindu. Sementara itu, masyarakat
pesantren bisa menggunakan kalender Hijriah yang didasarkan pada peredaran
bulan (tarikh Qomariah). Sultan Agung bermaksud memadukan tradisi
masyarakat kejawen yang masih menggunakan Kalender Saka dengan tradisi
pesantren yang sudah menggunakan Kalender Hijriah. Oleh karena itulah sejak
tahun 1633 M (1555 Saka) Sultan agung merubah Kalender Saka menjadi Kalender
Hijriah yang dipadukan dengan tradisi-tradisi Jawa.
Pada waktu itu, Kalender Saka sudah berjalan sampai akhir tahun 1554. Angka tahun 1554 itu kemudian diteruskan dalam kalender Hijriah Islam dengan angka tahun 1555, walaupun dasar perhitungan keduanya berbeda. Perubahan kalender di Jawa terjadi dan dimulai hari Jumat Legi, tanggal 1 Sura tahun alip 1555, tepat pada tanggal 1 Muharram tahun 1043 Hijriyah dan besamaan dengan tanggal 8 Juli 1633 Masehi. Ide besar ini didukung oleh para ulama dan abdi dalem, khususnya yang menguasai ilmu falak atau ilmu perbintangan. Sistem kalender baru ini disebut dengan Kalender Sultan Agung atau Anno Javanico. Sekarang kalender ini dikenal sebagai Kalender Jawa. Perubahan sistem kalender ini dimaksudkan agar hari-hari raya Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha yang dirayakan di Keraton Mataram dengan sebutan Grebeg, dapat dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sesuai dengan ketentuan dalam Kalender Hijriah.
Pada waktu itu, Kalender Saka sudah berjalan sampai akhir tahun 1554. Angka tahun 1554 itu kemudian diteruskan dalam kalender Hijriah Islam dengan angka tahun 1555, walaupun dasar perhitungan keduanya berbeda. Perubahan kalender di Jawa terjadi dan dimulai hari Jumat Legi, tanggal 1 Sura tahun alip 1555, tepat pada tanggal 1 Muharram tahun 1043 Hijriyah dan besamaan dengan tanggal 8 Juli 1633 Masehi. Ide besar ini didukung oleh para ulama dan abdi dalem, khususnya yang menguasai ilmu falak atau ilmu perbintangan. Sistem kalender baru ini disebut dengan Kalender Sultan Agung atau Anno Javanico. Sekarang kalender ini dikenal sebagai Kalender Jawa. Perubahan sistem kalender ini dimaksudkan agar hari-hari raya Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha yang dirayakan di Keraton Mataram dengan sebutan Grebeg, dapat dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sesuai dengan ketentuan dalam Kalender Hijriah.
3.
Berkembangnya Kesusastraan Jawa
Selain usaha terus menerus untuk memperjuangkan kejayaan kerajaan, raja-raja
Mataram Islam juga memiliki perhatian besar pada bidang kebudayaan. Misalnya, Panembahan Senopati
menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan gempuran. Selanjutnya Mas
Jolang juga berjasa dalam kebudayaan dengan berusaha menyusun sejarah negeri
Demak. Pada masa pemerintahan Mas Jolang juga ditulis beberapa kitab suluk, di
antaranya, Suluk Wujil (1607) yang berisi wejangan Sunan Bonang kepada
abdi raja Majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat
Nitisruti (1612 m) pada masa pemerintahan Mas Jolang.
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending, yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan dan kitab undang-undang yang disebut Surya Alam. Sedangkan Kitab Serat Nitipraja diubah Sultan Agung pada tahun 1641 berisi tentang ajaran moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat berjalan harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga keraton untuk menulis sejarah Babad Tanah Jawi. Kitab-kitab lain yang muncul pada masa Mataram Islam, misalnya Serat Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata. Kitab-kitab tersebut berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.
Dari kebudayaan Jawa, ternyata kebudayaan Islam dikombinasikan untuk memudahkan masyarakat dalam memperhitungkan kalender dan kesusatraan Jawa. Di samping itu, ada juga peninggalan-peninggalan kebudayaan Islam yang masih diterapkan secara umum, yaitu pada bidang pendidikan, kesenian, kesusastraan, serta sosial. Hal ini dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut.
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending, yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan dan kitab undang-undang yang disebut Surya Alam. Sedangkan Kitab Serat Nitipraja diubah Sultan Agung pada tahun 1641 berisi tentang ajaran moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat berjalan harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga keraton untuk menulis sejarah Babad Tanah Jawi. Kitab-kitab lain yang muncul pada masa Mataram Islam, misalnya Serat Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata. Kitab-kitab tersebut berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.
Dari kebudayaan Jawa, ternyata kebudayaan Islam dikombinasikan untuk memudahkan masyarakat dalam memperhitungkan kalender dan kesusatraan Jawa. Di samping itu, ada juga peninggalan-peninggalan kebudayaan Islam yang masih diterapkan secara umum, yaitu pada bidang pendidikan, kesenian, kesusastraan, serta sosial. Hal ini dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut.
4.
Pendidikan
Masuknya agama Islam membawa perubahan pada kehidupan pendidikan, yaitu berkembangnya pesantren atau pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, atau ulama-ulama dengan tujuan awalnya untuk penyebaran agama Islam. Pada proses selanjutnya, setelah mereka menanamkan pendidikannya, diharapkan mampu untuk membuka pesantren lagi dan menjadi tokoh agama di lingkungannya. Pada masa penyebaran agama Islam, beberapa tokoh terkenal dengan pesantrennya, misalnya Sunan Ampel atau Raden Rahmat yang mendirikan pesantren di Ampel Denta, Surabaya dan Sunan Giri yang terkenal sampai di daerah Maluku, Sunan Drajat yang mendirikan pesantren di Banjar Anyar. Pada beberapa kerajaan Islam, ada kiai atau ulama yang dijadikan penasihat atau guru raja serta anak-anaknya.
5.
Kesenian
Pengaruh agama Islam dalam bidang kesenian, misalnya tampak pada seni bangunan,
seni pahat atau ukir, seni tari, dan seni musik. Di bidang seni bangunan
terlihat dari beberapa bangunan masjid, misalnya Masjid Agung Demak, Sendang
Duwur, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon, Baiturrahman di
Aceh, Ternate, dan lain-lain. Pada bidang kehidupan kesenian terlihat dari
upacara-upacara keagamaan seperti Maulid Nabi yang menyajikan sekaten (gamelan)
di Keraton Cirebon dan Yogyakarta. Di beberapa daerah terkenal tari-tarian
seperti dedewan, debus, dan bebeksan, serta pertunjukan wayang.
6.
Kesusastraan
Kesusastraan pada awal masa penyebaran Islam sangat didominasi oleh karya-karya
yang bercirikan Islam dan yang paling jelas terlihat adalah penggunaan bahasa
dan huruf Arab, misalnya melalui primbon, babad, dan hikayat. Salah satunya
ialah kitab-kitab tasawuf oleh Hamzah Fansuri yang merupakan sastra terjemahan
dari bahasa Arab menjadi bahasa Melayu, meskipun bahasa aslinya tetap
digunakan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengajaran agama Islam karena
sebagian besar masyarakat tidak mengerti bahasa Arab dan Persia.
Penyebaran agama Islam dan kebudayaan Arab tampaknya harus dibedakan. Hal ini karena penyebaran agama Islam memang sangat kuat dan cepat, namun berbeda dengan kebudayaan Arab yang sangat lambat diterima. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa dan tulisan Arab yang hanya terbatas pada pengajaran agama, namun dalam kehidupan sehari-hari bahasa Melayu atau Indonesia tidak mampu tergeserkan. Contoh-contoh karya sastra pada masa itu di antaranya kitab yang dibuat Sunan Bonang Hikayat Hitu dari Maluku ditulis dalam bahasa Melayu, Hikayat Banjar dan Kutai ditulis dalam bahasa Melayu. Selain itu dikenal pula Hikayat Muhammad Hanafiyyah, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Iskandar Zulkarnain, dan Hikayat Raja-Raja Pasai.
Penyebaran agama Islam dan kebudayaan Arab tampaknya harus dibedakan. Hal ini karena penyebaran agama Islam memang sangat kuat dan cepat, namun berbeda dengan kebudayaan Arab yang sangat lambat diterima. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa dan tulisan Arab yang hanya terbatas pada pengajaran agama, namun dalam kehidupan sehari-hari bahasa Melayu atau Indonesia tidak mampu tergeserkan. Contoh-contoh karya sastra pada masa itu di antaranya kitab yang dibuat Sunan Bonang Hikayat Hitu dari Maluku ditulis dalam bahasa Melayu, Hikayat Banjar dan Kutai ditulis dalam bahasa Melayu. Selain itu dikenal pula Hikayat Muhammad Hanafiyyah, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Iskandar Zulkarnain, dan Hikayat Raja-Raja Pasai.
7.
Sosial
Masuknya agama Islam ke Indonesia ternyata mempengaruhi atau mengakibatkan
perubahan pada bidang sosial, misalnya hilangnya sistem kasta. Hal ini
disebabkan antara lain oleh :
a) Islam bersifat terbuka.
b) Islam tidak membedakan kedudukan seseorang, sebab setiap muslim sama kedudukannya di hadapan Allah SWT. Hal yang membedakan adalah nilai taqwanya.
a) Islam bersifat terbuka.
b) Islam tidak membedakan kedudukan seseorang, sebab setiap muslim sama kedudukannya di hadapan Allah SWT. Hal yang membedakan adalah nilai taqwanya.
Muncul dan berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam di berbagai daerah.
1. Kerajaan Samodera Pasai
Letaknya di pantai timur Pulau
Sumatera bagian utara. Raja pertama adalah Sultan Malik al-Saleh dapat
diketahui beragama Islam, pada tahun 1297 diganti oleh Sultan Muhammad yang
dikenal dengan Sultan Malik al-Tahir . Pada masa pemerintahan ini Samodera
mendapat kunjungan Ibnu Battuta dari Delhi.Ibnu Battuta menceritakan bahwa
pembesar Samodera Pasai ada yang berasal dari Persia dan patihnya bergelar
Amir.
2. Kerajaan Malaka
Malaka muncul sebagai kota dagang
baru pada awal abad ke-15, setelah seorang pangeran dari Majapahit melarikan
diri dan menetap di Malaka yaitu Paramisora.Setelah masuk Islam bergelar
Iskandar Syah. Puncak kejayaan masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah.
3. Kerajaan Aceh
Pada abad ke 14 di daerah Aceh
muncul kerajaan Islam dengan raja yang pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat
Syah. Kerajaan Aceh berhasil melakukan perluasan wilayah ke wilayah Daya,
Pasai,Aru di Pantai Timur Sumatra dan Siak pada abad ke 16 sampai akhir abad
itu. Pada akhir abad ke 16 dan permulaan abad ke 17 Kerajaan Aceh diperintah
Alaudin Riayat Syah (1588-1604).Pada waktu itulah ekspedisi bangsa Belanda di
bawah Cornelis De Houtman sampai di Aceh.
Puncak kejayaan kerajaan ini pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang ditandai dengan wilayah
kerajaan yang semakin luas, Aceh menjadi bandar transito yang dapat
menghubungkan perdagangan Islam di dunia Barat.
4. Kerajaan Demak
Demak merupakan kerajaan Islam
pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah, seorang Bupati Majapahit yang
berkedudukan di Demak.
Puncak kejayaan kerajaan ini terjadi
di bawah pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546). Dia mampu memperluas
kerajaan sampai daerah Jawa Barat(Banten,Jayakarta dan Cirebon), Jawa Tengah
dan sebagian Jawa Timur. Sultan Trenggono tewas setelah memperluas wilayah ke
Pasuruan.
5. Kerajaan Mataram Islam
Pusat kerajaan ini terletak di
Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Panembahan Senopati yang menyerang
kerajaan Pajang dan memindahkan ibukotanya ke Kota Gede sebagai pusat dari
kerajaan Mataram Islam .Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dibawah pimpinan
Sultan Agung.
6. Kerajaan Banten
Banten merupakan kerajaan Islam yang
mendapat pengaruh Demak oleh Fatahillah.Perdagangan yang sangat maju terutama
untuk wilayah pesisir utara menjadikan Demak harus pula menaklukkan Cirebon dan
Pajajaran.Pemerintahan Banten dipegang sendiri oleh Fatahilah sedangkan Cirebon
diserahkan kepada anaknya Pangeran Pasarean. Banten mengalami kejayaan sekitar
tahun 1600 sebagai kota dagang masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Akan
tetapi 1596 Belanda mulai datang dipimpin oleh Cornelis De Houtman yang
nantinya akan merubah sejarah Banten dengan kongsi dagang VOC.
7. Kerajaan Makasar
Makasar masuk Islam baru awal abad
ke-17 yaitu 1605 ketika Raja Goa yaitu Sultan Alaudin dan Raja Tallo yaitu
Sultan Abdulah masuk Islam. Pada masa berikutnya timbul perlawanan terhadap
Belanda yang terutama memuncak sewaktu Hassanudin memegang tampuk pemerintahan
Goa,
8. Kerajaan Ternate dan Tidore
Secara geografis kerajaan Ternate
dan Tidore terletak di kepulauan Maluku.Kepulauan Maluku merupakan penghasil
rempah-rempah sehingga sering disebut The Spice Island. Tenate merupakan
pemimpin di Uli Lima terdiri dari Bacan, Obi, Seram dan Ambon. Uli Siwa
merupakan persekutuan 9 saudara terdiri dari pulau-pulau Makayan, Jahilolo atau
Halmahera dan pulau-pulau sampai di Irian Barat dengan nama Tidore. Adapun Raja
Ternate adalah Sultan Hairun dan Sultan Baabullah.
Teori-teori masuk dan
berkembangnya Islam
Agama Islam berkembang di Jazirah
Arab mulai tahun 611 M oleh Nabi Muhammad SAW.Usaha beliau mendapat tantangan
dari orang-orang Quraisy.Namun seiring waktu, agama ini berkembang dengan
sangat pesat dan menyebar ke hampir seluruh wilayah di dunia, salah satunya
adalah ke Indonesia. Berikut akan dibahas tentang proses masuknya agama Islam
ke Indonesia dan berbagai pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat Indonesia.Hipotesis penyebaran agama Islam sangat beragam.Sebagian ahli berpendapat bahwa kedatangan agama ini sudah sejak abad ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriah.Tahun Hijriah dimulai ketika Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Sebagian lagi berpendapat datangnya Islam pada abad ke-7 didasari oleh berita Cina dari zaman T’ang, sedangkan pendapat yang kedua didasari kepada dugaan akibat keruntuhan Dinasti Abbasiah oleh Hulagu pada tahun 1258 M, kemudian diperkuat oleh berita dari Marcopolo (1292 M) serta nisan Sultan Malik as As Saleh (1297 M). Pola Penyebaran agama Islam di Indonesia memiliki beberapa proses yang cukup panjang dalam penyalurannya, yaitu dengan cara perdagangan, perkawinan, ajaran-ajaran tentang tasawuf, seni, dan aspek budaya lainnya. Berikut adalah penjelasan dari beberapa saluran-saluran islamisasi tersebut.
1.
Saluran Perdagangan
Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam proses Islamisasi.
Tahap ini diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M melibatkan pedagang-pedagang
Arab, Persia, dan India. Proses ini sangat menguntungkan sebab bisa
dilaksanakan pada saat mereka berdagang. Dalam agama Islam, semua orang Islam
adalah penyampai ajaran agamanya. Pada saluran tersebut, hampir semua kelompok
masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya,
hingga masyarakat bawah. Proses ini dipercepat dengan mulai runtuhnya
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
2.
Saluran Perkawinan
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap yang pertama. Para pedagang
lama-kelamaan mulai menetap, baik untuk sementara maupun permanen. Lambat laun
para pedagang ini membentuk perkampungan-perkampungan yang dikenal dengan namapekojan.
Para pedagang kemudian membentuk keluarga dengan cara menikahi para penduduk
lokal, misalnya antara Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila. Namun
proses ini tidak begitu mudah, mengingat perkawinan dengan orang penganut
berhala dianggap kurang sah, karena itu wanita tersebut harus masuk Islam
terlebih dahulu. Hal ini dapat dijalankan dengan sederhana, karena tidak
memerlukan upacara. Mereka cukup dengan mengucapkan kalimat syahadat.
Adanya proses ini menyebabkan penyebaran agama Islam berjalan lancar karena
keluarga hasil perkawinan akan membentuk keluarga muslim. Selain itu, tidak
mustahil dari pihak keluarga kedua mempelai timbul keterikatan untuk masuk
agama Islam. Dalam beberapa Babad diceritakan adanya proses ini,
mislanya Maulana Ishak menikahi putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri.
Dalam Babat Cirebon dikisahkan perkawinan antara putri Kawunganten
dengan Sunan Gunung Jati, Babad Tuban menceritakan tentang perkawinan
antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syeh Ngabdurahman.
3.
Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah
sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah SWT dan
memperoleh ridha-Nya. Saluran Taswuf termasuk yang berperan membentuk kehidupan
sosial bangsa Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena sifat tasawuf yang
memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya karena disesuaikan dengan alam
pikiran masyarakatnya. Bukti-bukti mengenal hal ini dapat diketahui dari Sejarah
Banten, Babad Tanah Jawi, dan Hikayat Raja-Raja Pasai. Tasawuf
masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M dan madzhab yang paling berpengaruh adalah
madzhab Syafi’i.
4. Seni Budaya
Islamisasi melalui bidang seni budaya dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti seni bangunan, seni pahat atau seni ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran paling dikenal adalah pertunjukan wayang. Hal ini dilakukan pula oleh Sunan Kalijaga, salah satu tokoh yang aktif dalam menyebarkan Islam.
4. Seni Budaya
Islamisasi melalui bidang seni budaya dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti seni bangunan, seni pahat atau seni ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran paling dikenal adalah pertunjukan wayang. Hal ini dilakukan pula oleh Sunan Kalijaga, salah satu tokoh yang aktif dalam menyebarkan Islam.
5.
Politik
Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka biasanya rakyat mengikuti jejak rajanya. Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama. Contohnya Sultan Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahillah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.
Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka biasanya rakyat mengikuti jejak rajanya. Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama. Contohnya Sultan Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahillah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.
Perkembangan Tradisi Islam Abad ke-15 Sampai Abad ke-18
Sebelum masuknya Islam ke Indonesia, telah ada agama yang berkembang, yaitu Hindu dan Buddha.Meskipun demikian, kehadiran agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.Hal ini mengakibatkan adanya perubahan-perubahan dalam kehidupan, di antaranya adalah dalam hal tradisi dan kepercayaan.Misalnya pada zaman pra-Islam banyak penduduk yang masih mempercayai adanya pengaruh nenek moyang dalam kehidupan.Namun, setelah masuknya Islam, kebiasaan itu mulai dihapuskan.Di beberapa kerajaan, tradisi yang berubah adalah penggunaan istilah raja yang banyak diganti oleh gelar sultan. Penggunaan nama-nama Hindu-Buddha pun sebagian besar mulai tergantikan oleh nama-nama bercorak Islam, misalnya Muhammad, Ahmad, dan lain-lain.
Di Kerajaan Banjar, Kalimantan, ketika Raden Samudra masuk Islam, beliau mendapat gelar baru yaitu Sultan Suryanullah. Nama tersebut merupakan pemberian seorang Arab yang telah mengislamkan beliau. Selain itu, di Indonesia dikenal perayaan Sepuluh Muharram, yaitu peringatan atas wafatnya Husain di Karbala pada tanggal 10 Muharram, 61 H. Pada hari itu banyak masyarakat muslim membuat masakan bubur sura. Adapun kata sura berasal dari bahasa Iran, yaitu Syura yang berarti tanggal 10 Muharram.Tradisi ini banyak dilaksanakan di Jawa, Aceh, Minangkabau, dan lain-lain.
Di Pidie diadakan upacara mengarak tabut, yaitu upacara mengarak keranda mayat sebagai perlambang mayat. Di Jawa, bubur sura dibuat dari macam-macam bahan makanan, misalnya biji jagung, kacang-kacangan, dan sebagainya. Setelah itu, semuanya diletakkan di atas bubur beras. Di Aceh, dikenal kanji acura yang dibuat dari beras, santan, gula, irisan kelapa, kacang-kacangan, pepaya, delima, pisang, tebu, dan umbi-umbian. Selain hal tersebut, di beberapa daerah dikenal dengan adanya tradisi debus, yaitu kegiatan ritual melukai dirinya sendiri namun karena adanya suatu kekuatan, para pelaku kegiatan tersebut tidak terluka. Apabila ada yang terluka, maka gurunya bisa mengobatinya cukup dengan air liurnya.Kebiasaan-kebiasaantersebut tidak terlepas dari kombinasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan Islam yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar